HAKIKAT BAHASA

Bahasa Sebagai Sistem 

Bahasa terdiri dari unsur-unsur atau komponen-komponen yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu, dan membentuk suatu kesatuan.

Contoh
Kucing itu melompat ke meja (1)
Kucinglah melompat itu meja ke (2)

Pada contoh (1) sebuah kalimat bahasa Indonesia karena tersusun dengan benar menurut pola aturan kaidah bahasa Indonesia. Sebaliknya pada contoh (2) bukan kalimat bahasa Indonesia karena tidak tersusun menurut pola aturan sistem bahasa Indonesia.

Sebagai sistem, bahasa itu sekaligus bersifat sitematis dan sistematis. Sistemis artinya bahasa itu tersusun menurut pada suatu pola tidak tersusun secara acak, secra sembarangan. Sedangkan, sistemis artinya bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal tetapi terdiri juga subsistem atau sistem bawahan. Di sini dapat disebut antara lain subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis dan subsistem semantik.

Bahasa Sebagai Lambang

Berbeda dengan tanda, lambang atau simbol tidak bersifat langsung dan alamiah. Lambang menandai sesuatu yang lain secara konvensional, tidak secra alamiah atau langsung. Misalnya, kalau di mulut gang atau jalan di Jakarta ada bendera kuning, maka kita akan tahu di daerah itu atau di jalan itu ada orang yang meninggal. Sistem bahasa berupa lambang-lambang dalam bentuk bunyi, artinya lambang-lambang itu berbentuk bunyi, yang lazim disebut bunyi ujar atau bunyi bahasa. Setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep. Umpanya lambang bahasa yang berbunyi [kuda] melambangkan konsep atau makna ‘sejenis bintang berkaki empat yang biasa dikendarai’.

Bahasa adalah Bunyi
Lambang bunyi bahasa itu bersifat arbitrer, artinya hubungan antara lambang dengan yang dilambangkan tidak bersifat wajib, bisa berubah dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengosepi makna tersebut. Secara konkret mengapa lambang bunyi [kuda] digunakan untuk menyatakan ‘sejenis bintang berkaki empat yang biasa dikendarai’adalah tidak dapat dijelaskan. Andaikata hubungan itu bersifat wajib, tentu untuk menyatakan binatang yang dalam bahasa Indonesia itu disebut [kuda] tidak ada yang menyebutnya <jaran> , <horse> atau <paard> . bukti kearbitreran ini dapat juga dilihat dari banyaknya sebuah konsep yang dilambangkan dengan beberapa lambang bunyi berbeda.

Bahasa bersifat konvensional
Bahasa bersifat konvensional artinya, setiap penutur suatu bahasa akan mematuhi bungan antara lambang dengan yang dilambangkan. Dia akan mematuhi misalnya, lambang [kuda] yang digunakan untuk menyatakan ‘sejenis bintang berkaki empat yang biasa dikendarai’ dan tidak untuk melambangkan konsep lain.

Bahasa bersifat produktif
Bahasa itu bersifat produktif artinya dengan sejumlah unsur yang terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak terbatas. Umpamanya, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W.J.S. Purwadarminto bahasa Indonesia hanya mempunyai lebih kurang 23.000 buah kata, tetapi dengan 23.000 buah kata itu dapat dibuat jutaan kalimat yang tidak terbatas.

Bahasa itu bersifat dinamis
Bahasa itu bersifat dinamis Maksudnya, bahasa itu tidak terlepas dari berbagai kemungkinan perubahan yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada tataran apa saja : fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan leksikon.

Bahasa itu beragam artinya meskipun sebuah bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, namun karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen yang mempunyai latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu menjadi beragam, baik dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis maupun pada tataran leksikon.


Bahasa itu bersifat manusiawi artinya bahasa sebagai alat komunikasi verbal hanya dimiliki manusia. Hewan tidak mempunyai bahasa. Yang dimiliki hewan sebagai alat komunikasi yang berupa bunyi atau gerak isyarattidak bersifat produktif dan tidak dinamis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar