Kontak Bahasa
Dalam masyarakat yang
terbuka, artinya yang para anggotanya dapat menerima kedatangan anggota dari
masyarakat lain, baik dari satu atau lebih dari satu masyarakat, akan
terjadilah apa yang disebut kontak bahasa. Bahasa dari masyarakat yang menerima
kedatangan akan saling mempengaruhi dengan bahasa dari masyarakat yang datang.
Hal yang sangat menonjol yang bisa terjadi dari adanya kontak bahasa ini adalah
terjadinya atau terdapatnya yang disebut bilingualisme
dan multilingualisme dengan
berbagai macam kasusnya, seperti interferensi,
integrasi, alihkode, dan campurkode.
Sebagai contoh,
Indonesia adalah negara yang multilingual. Selain bahasa Indonesia yang
digunakan secara nasional, terdapat pula ratusan bahasa daerah, besar maupun
kecil, yang digunakan oleh para anggota masyarakat bahasa daerah itu untuk
keperluan yang bersifat keadaerahan. Dalam masyarakat multilingual yang
mobilitas geraknya tinggi, maka anggota-anggota masyarakat akan cenderung untuk
menggunakan dua bahasa atau lebih, baik sepenuhnya maupun sebagian, sesuai
dengan kebutuhannya. Namun, disamping itu banyak pula hanya menguasai satu
bahasa. Orang yang hanya menguasai satu bahasa disebut monolingual, unilingual, atau monoglot
yang menguasai dua bahasa disebut bilingual,
sedangkan yang menguasai lebih dari dua bahasa disebut multilingual, plurilingual atau poliglot.
Bilingual mencakup dari
penguasaan sepenuhnya atas dua bahasa sampai pengetahuan minimal akan bahasa
kedua. Kefasihan seseorang untuk menggunakan dua buah bahasa sangat tergantung
pada adanya kesempatan untuk menggunakan kedua bahasa itu.
Dalam masyarakat yang
bilingual atau multilingual sebagai akibat adanya kontak bahasa (dan juga
kontak budaya), dapat terjadi peristiwa atau kasus yang disebut interferensi,integrasi, alihkode, dan campurkode. Konsep masalahnya tidak
sama. Yang dimaksud dengan interferensi adalah
terbawa masuknya unsur bahasa lain dalam bahasa yang digunakannya, sehingga
tampak adanya penyimpangan kaidah dari bahasa yang digunakan itu. Interferensi
dapat terjadi pada semua tataran bahasa mulai dari tataran fonologi, morfologi,
sintaksis, sampai tataran leksikon.
Interferensi biasanya
dibedakan dari integrasi. Dalam integrasi unsur-unsur dari bahasa lain yang
terbawa masuk itu, sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai sebagai bagian
dari bahasa yang menerima atau yang dimasukinya. Proses integrasi ini tentunya
memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur yang diintegrasikan itu telah
disesuaikan , baik lafalnya, ejaannya, maupun bentuknya.
Dalam masyarakat
bilingual maupun multilingual seringkali terjadi peristiwa alihkode , yaitu
beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau ragam bahasa tertentu) ke
dalam kode yang lain (bahasa atau ragam bahasa lain).
Alihkode dibedakan dari
campur kode. Kalau alih kode terjadi karena bersebab, sedangkan campur kode terjadi
tanpa sebab. Dalam campur kode kedua kode atau lebih gunakan bersama tanpa
alasan, dan biasanya terjadi dalam situasi santai. Kalau dalam situasi formal
terjadi juga campur kode karena ketiadaan ungkapan yang harus digunakan dalam bahasa yang sedang
dipakai.
Chair, Abdul 2012. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar