LINGUISTIK SEBAGAI ILMU

LINGUISTIK SEBAGAI ILMU
1.      KEILMIAHAN LINGUISTIK
Pada dasarnya setiap ilmu termasuk juga ilmu linguistik, telah mengalami tiga tahap perkembangan sebagai berikut :
Tahap pertama, yakni tahap spekulasi. Tahap ini mengenai sesuatu dan cara mengambil kesimpulan dilakukan dengan sikap spekulatif. Artinya, kesimpulan itu dibuat tanpa didukung oleh bukti-bukti empiris dan dilakukan tampa menggunakan prosedur-prosedur tertentu. Tindakan spekulasi ini dapat dilihat, misalnya dalam bidang geografi, dulu orang berpendapat bahwa bumi ini berbentuk datar seperti meja. Kalau ditanya apa buktinya, atau bagaimana cara membuktikannya, tentu tidak dapar dijawab, atau kalaupun dijawab akan secara spekulatif pula.
Dalam studi bahasa dulu orang mengira bahwa semua bahasa di dunia ini diturunkan dari bahasa Ibrani, maka orang juga mengira Adam dan Hawa memakai bahasa Ibrani di taman firdaus. Suku Dayak Iban di Kalimantan mempunyai legenda yang menyatakan bahwa pada zaman dahulu manusia hanya punya satu bahasa, tetapi karena mereka keracunan cendawan mereka menjadi berbicara dalam berbagai bahasa, sehingga timbul kekacauan dan manusia berpencar kesegala penjuru arah ke mana-mana. Bahkan sampai akhir abad ke-17, seorang filosofi Swedia mengungkapkan, Adam berbicara dalam dalam bahasa Denmark, dan ular berbicara dalam bahasa Prancis. Semuanya itu hanyalah spekulasi yang pada zaman sekarang sukar diterima.
Tahap ke dua, adalah tahap observasi dan klasifikasi. Pada tahap ini para ahli bidang bahasa baru mengumpulkan dan menggolongkan segala fakta bahasa dan teliti tanpa memberi teori atau kesimpulan apapun. Kebanyakan ahli sebelum perang kemerdekaan baru bekerja sampai tahap ini. Bahasa-bahasa di Nusantara didaftarkan, ditelaah ciri-cirinya, lalu dikelompok-kelompokkan berdasarkan kesamaan-kesamaan ciri yang dimiliki bahasa-bahasa tersebut. Cara seperti ini belum dapat dikatakan “ilmiah” sebab belum sampai pada penarikan suatu teori. Pada saat ini cara kerja tahap kedua ini tampaknya masih diperlukan bagi kepentingan dokumentasi kebahasaan di negeri kita, sebab masih banyak sekali bahasa di nusantara ini yang belum terdokumentasi.
Tahap ketiga, adalah tahap adanya perumusan teori. Pada tahap ini setiap disiplin imu berusaha memahami masalah-masalah dasar dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai masalah-masalah itu berdasarkan data empiris yang dikumpulkan. Kemudian dalam disiplin itu dirumuskan hipotesis atau hipotesis-hipotesis yang berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, dan menyusun tes untuk menguji hipotesis-hipotesis terhadap fakta-fakta yang ada.
Disiplin lingustik dewasa ini sudah mengalami ketiga tahap di atas. Artinya disiplin linguistik sekarang ini sudah bisa dikatakan merupakan kegiatan ilmiah. Selain itu, bisa dikatakan ketidakspekulastifan dalam penarikan kesimpulan merupakan salah satu ciri keilmiahan.
Linguistik mendekati bahasa yang menjadi objek kajiannya adalah bahasa. Pendekatan bahasa sebagai bahasa, sejalan dengan ciri-ciri hakiki bahasa, dapat dijabarkan dalam sejumlah konsep sebagai berikut :
a.       Bahasa adalah bunyi ujaran, maka linguistik melihat bahasa sebagai bunyi. Artinya, bagi linguistik bahasa lisan adalah primer, sedangkan bahasa tulis hanya sekunder.
b.      Bahasa itu bersifat unik, maka linguistik tidak berusaha menggunakan kerangka suatu bahasa untuk dikenakan pada bahasa lain. Misalnya dulu banyak ahli bahasa yang meneliti bahasa-bahasa di Indonesia dengan menggunakan kerangka atau konsep yang berlaku dalam bahasa Latin, Yunani atau arab, sehingga kita sekarang mewarisi konsep-konsep yang tidak cocok untuk bahasa-bahasa di Indonesia, seperti konsep kata majemuk, konsep tekanan kata dan konsep artikulus.
c.       Bahasa adalah suatu sistem, maka linguistik mendekati bahasa bukan sebagai kumpulan unsur yang terlepas, melainkan sebagai kumpulan unsur yang satu dengan lainnya mempunyai jaringan hubungan. Pendekatan yang melihat bahasa sebagai kumpulan unsur yang saling berhubungan atau sebagai sistem itu, disebut pendekatan struktural. Lawannya disebut pendekatan atomistis, yaitu yang melihat bahasa sebagai kumpulan unsur-unsur yang terlepas, yang berdiri sendiri-sendiri.
d.      Bahasa itu dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan perkembangan sosial budaya masyarakat pemakainya, maka linguistik memperlakukan bahasa sebagai suatu yang dinamis. Lalu, karena itu pula linguistik dapat mempelajari bahasa sebagai sinkronik dan diakronik. Secara sinkronik artinya, mempelajari bahasa dengan berbagai aspeknya pada masa waktu atau kurun waktu tertentu atau terbatas. Secara diakronik artinya, mempelajari bahasa dengan pelbagai aspek dan perkembangannya dari waktu ke waktu sepanjang kehidupan bahasa itu.
e.       Bahasa bersifat empiris, maka linguistik mendekati bahasa secara deskriptif dan tidak secara perskriptif. Artinya, yang penting dalam lingustik adalah apa yang sebenarnya diungkapkan oleh seseorang (sebagai data empiris) dan bukan apa yang menurut si peneliti seharusnya diungkapkan.

2.      SUBDISIPLIN LINGUSTIK
Setiap disiplin ilmu biasanya dibagi atas bidang-bidang bawahan (subdisiplin) atau cabang-cabang berkenaan dengan adanya hubungan disiplin itu dengan masalah-masalah lain. Nama-nama subdisiplin ilmu lingustik adalah sebagai berikut :
*      Berdasarkan objek kajiannya, adalah bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu dapat dibedakan adanya linguistik umum dan linguistik khusus. Linguistik umum adalah linguistik yang berusaha mengkaji kaidah-kaidah bahasa secara umum. Pernyataan-pertanyaan teoritis yang dihasilkan akan menyangkut bahasa pada umumnya, bukan bahasa tertentu. Sedangkan linguistik khusus berusaha mengkaji kaidah-kaidah bahasa yang berlaku pada bahasa tertentu seperti bahasa Indonesia.
*      Berdasarkan objek kajiannya, adalah bahasa pada masa tertentu atau bahasa pada masa panjang, dapat dibedakan adanya linguistik sinkronik dan linguistik diakronik.  Misalnya, mengkaji bahasa Indonesia pada tahun dua puluhan. Studi lingustik sinkronik ini biasa disebut juga linguistik deskriptif karena berupaya mendeskripsikan bahasa secara apa adanya pada suatu masa tertentu. Linguistik diakronik berupaya mengkaji bahasa pada masa uyang tidak terbatas, bisa sejak awal kelahiran bahasa itu sampai zaman punahnya bahasa tersebut atau sampai zaman sekarang.
*      Berdasarkan objek kajiannya adalah struktur internal bahasa itu atau bahasa itu dalam kaitannya dengan berbagai faktor di luar bahasa, dibedakan  adanya linguistik mikro dan linguistik makro (makrolinguistik dan mikrolinguistik). Lingustik mikro mengarakan kajiannya pada struktur internal suatu bahasa tertentu atau struktur internal bahasa pada umumnya. Sejalan dengan adanya subsistem bahasa , maka linguistik mikro ada subdisiplin linguistik fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan leksikologi. Fonologi menyelidiki ciri-ciri bunyi bahasa. Morfologi menyelidiki struktur kata, bagian-bagian pembentukan kata. Sintaksis menyelidiki satuan-satuan di atas kata dan hubungan satu dengan yang lainnya. Semantik menyelidiki makna bahasa. Sedangkan leksikologi menyelidiki leksikon atau kosa kata suatu bahasa dari berbagai aspeknya. Linguistik makro yang mengkaji bahasa  dalam kaitannya dengan faktor-faktor di luar bahasa, maka subdisiplin linguistik makro itupun menjadi sangat banyak seperti sosiolinguistik (bahasa dalam hubungan pemakaiannya di masyarakat), psikolinguistik (hubungan bahasa dengan perilaku dan akal budi manusia), antropolinguistik (hubungan bahasa dengan budaya manusia), etnolinguistik , stilistika (penggunakan bahasa dalam karya sastra), filolofi (linguistik antara sejarah dan kebudayaan) , dialektologi (dialek bahasa di wilayah tertentu), filsafat bahasa  dan neorolinguistik.
*      Berdasarkan tujuan pengkajiannya apakah untuk keperluan teori belaka atau untuk tujuan terapan, dibedakan adanya linguistik teoritis dan linguistik terapan. Linguistik teoritis berusaha mengadakan penyelidikan terhadap bahasa atau bahasa-bahasa atau juga terhadap hubungan bahasa dengan faktor-faktor yang berada di luar bahasa hanya untuk menemukan kaidah-kaidah yang berlaku dalam objek kajiannya itu. Sedangakan linguistik terapan berusaha  mengadakan penyelidikan terhadap bahasa-bahasa atau hubungan bahasa dengan faktor-faktor di luar bahasa untuk kepentingan memecahkan masalah-masalah praktis yang terdapat di dalam masyarakat
*      Berdasarkan teori atau aliran yang digunakan untuk menganalisis objek. Dalam penyelidikan bahasa dikenal istilah lingustik tradisional, linguistik struktural, linguistik tranformasional, linguistik generatif semantik, linguistik relasional dan lingustik sistemik.

3.      ANALISIS LINGUISTIK
Analisis Linguistik dilakukan bahasa, atau lebih tepat terhadab semua tataran tingkat bahasa, yaitu fonetik, morfologi, sintaksis, dan semantik.
a.       Struktur, Sistem dan Distribusi
Bapak linguistik modern, Ferdinand De Saussure membedakan adanya dua jenis hubungan atau relasi yang terdapat antara satuan-satuan bahasa yaitu relasi sintagmatik dan relasi asosiatif. Relasi sintagmatik adalah hubungan yang terdapat antara satuan bahasa di dalam kalimat yang konkret tertentu. Sedangkan relasi asosiatif adalah hubungan yang terdapat dalam bahasa, namun tidak tampak dalam susunan satuan kalimat. Bisa dikatakan bahwa struktur adalah susunan bagian-bagian kalimat atau kontituen kalimat secara linear. Sistem pada dasarnya menyangkut masalah distribusi. Barang kali perlu dijelaskan dulu apa yang dimaksud dengan distribusi ini. Distribusi yang merupakan iatilah utama dalam analisis bahasa menurut model strukturalis Leonard Bloomfield adalah menyangkut masalah dapat tidaknya penggantian suatu kontituen tertentu dalam kalimat tertentu dalam kontituen lain.
b.      Analisis Bawahan Langsung
Analisis bawahan langsung, sering disebut juga analisis unsur langsung atau analisis bawahan terdekat adalah suatu teknik dalam menganalisis unsur-unsur atau konstituen-konstituen yang membangun satu satuan bahasa, satuan frasa, satuan klausa, maupun satuan kalimat. Meskipun teknik bawahan langsung ini banyak kelemahan, tetapi analisis ini cukup memberi manfaat dalam memahami satuan-satuan bahasa, bermanfaat dalam menghindari keambiguan karena satuan-satuan bahasa, bermanfaat dalam menghindari keambiguan karena satuan-satuan bahasa yang terikat pada kontek wacananya dapat dipahami dengan analisis tersebut.
c.       Analisis Rangkaian Unsur dan Analisis Proses Unsur
Analisis rangkaian unsur mengajarkan bahwa setiap satuan bahasa dibentuk atau ditata dari unsur –unsur lain. Contoh satuan tertimbun terdiri dari ter + timbun dan satuan kedinginan terdiri dari dingin + ke-i-an. Sedangan analisis proses unsur menganggap setiap satuan bahasa adalah merupakan hasil dari suatu proses pembentukan. Jadi, bentuk tertimbun adalah hasil dari prefiksasi ter- dengan dasar timbun, bentuk kedinginan adalah hasil dari proses konfiksasi ke-i-an dengan kata dasar dingin.
4.      MANFAAT LINGUISTIK
*   Bagi linguis sendiri sebagai pengetahuan yang luas mengenai linguistik tentu akan sangat membantu dalam menyelesaikan dan melaksanakan tugasnya.
*   Bagi guru, terutama guru bahasa pengetahuan linguistik sangat penting, mulai dari subdisiplin fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, leksikologi sampai dengan pengetahuan mengenai hubungan bahasa dengan kemasyarakatan dan kebudayaan.
*   Bagi penerjemah, seorang penerjemah harus bisa memilih terjemahan yang tetap dalam menerjemakan, semua itu memerlukan subdisiplin linguistik.
*   Bagi penyusun kamus atau leksikografer menguasai semua aspek linguistik, untuk bisa menyusun kamus dia harus mulai dengan menentukan fonem-fonem bahasa yang akan dikamuskan menentukan ejaan, memahami seluk beluk bentuk dan pembentukan kata, struktur fase, struktur kalimat, frase, idiomatikal dan lain-lain.
*   Bagi penyusun buku, untuk menyusun kalimat yang tepat, memilih kosakata yang sesuai dengan  jenjang usia pembaca buku tersebut.
*   Bagi negarawan atau politisi, hasur memperjuangkan ideologi dan konsep-konsep kenegaraan atau pemerintahan, secara lisan dia harus menguasai bahasa dengan baik.kalau politisi atau negarawan itu menguasai linguistik dan sosiolinguistik, khususnya dalam kaitannya dengan kemasyarakatan, maka tentu dia akan dapat meredam dan menyelesaikan gejolak sosial yang terjadi dalam masyarakat akibat dari perbedaan dan pertentangan bahasa.





Chair, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta. PT Rineka Cipta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar