Bahasa bervariasi
karena anggota masyarakat penutur bahasa itu sangat beragam, dan bahasa itu
sendiri digunakan untuk keperluan beragam pula. Berdasarkan penuturnya kita
mengenal dialek, baik dialek regional maupun dialek sosial. Lalau berdasarkan
penggunaannya kita mengenal adanya ragam-ragam bahasa, sepert ragam
jurnalistik, ragam sastra, ragam ilmiah, dan sebagainya.
Dalam beberapa
masyarakat tertentu ada semacam kesepakatan untuk membedakan adanya dua macam
variasi bahasa yang dibedakan berdasarkan status pemakainnya. Yang pertama
adalah variasi bahasa tinggi (biasa disingkat variasi bahasa T) dan yang lain
variasi bahasa renda (biasa disingkat R). Variasi T digunakan dalam
sistuasi-situs resmi, seperti pidato kenegaraan, bahasa pengantar dalam
pendidikan, Khotbah, surat menyurat resmi, dan buku pelajaran . Variasi T ini
harus di pelajari melalui pendidikan formal di sekolah-sekolah. Sedangkan
variasi bahasa R digunakan dalam
situasi yang tidak formal, seperti di
rumah, di warung, di jalan, dalam surat-surat pribadi, dan catatan untuk diri sendiri. Variasi R
dipelajari secara langsung di dalam masyarakat umum, dan tidak pernah dalam
pendidikan formal. Keadaan ini adanya
pembedaan variasi bahasa T dan bahasa R di sebut dengan istilah diglosia
(Ferguson 1964). Masyarakat yang mengadakan pembedaan ini disebut masyarakat
diglosis.
Variasi bahasa T dan R
biasanya mempunyai nama yang berlainan. Variasi bahasa Yunani T disebut katherevusa dan variasi bahasa Yunani R
disebut dhimotiki. Dalam bahasa
Indonesia variasi bahasa T barangkali, sama dengan ragam bahasa Indonesia
bakudan variasi bahasa R sama sama dengan ragam bahasa Indonesia yang baru. Variasi bahasa T dan R
ini biasanya mempunyai kosakata masing-masing yang berbeda. Sekedar contoh:
Ragam
T Ragam R
Uang Duit
Tidak Ngak, kagak
Istri Bini
Daftar Pustaka
Chair, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar